Lentera Perjalanan
Sekarang
13 agustus 2013 , dimana empat orang sedang mengemasi barang – barangnya.
Dengan menggunakan sebuah mobil travel yang hanya berisikan lima orang
saja,empat orang penumpang dan satu sopir travel yang usianya masih sangat muda
daari penumpangnya. “ Uyan”. Seorang ingusan yang berlaga menjadi orang
tua padahal dari sisi lain dia tergolong
anak ingusan atau anak kemarin sore yang
baru tumbuh besar.
Jauh
kedalam ditengah perkebunan kelapa sawit
terdapat kem atau mes yang biasanya oleh orang sekitar disebut sebagai “
komplek perumahan inti “ jauh kedalam diantara barisan rumah yang berjejer
putih – putih seperti barisan anak sekolah
yang sedang mengikuti apel bendera.Sebuah mes kecil yang terdapat
dibarisan yang kelimabelas,di ujung jalan itulah rumahku,rumah yang sederhana
itu tampak indah karena disamping dan
belakangnya terdapat tanaman semangka dan berbagai tanaman lainya seperti Bayam ,Terong ,Kangkung ,dan tampak
beberapa pot bunga didepan rumah yang
dihiasi oleh sedikit pagar yang terbuat dari pelepah kelapa sawit.
Rumah
kecil dengan dua buah kamar dan ruang tamu yang berukuran 15x6 meter itu tampak
indah dengan dinding berwarna kuning
Serta dihiasi
beberapa foto dan bunga – bunga palsu dari sedotan hasil karya adikku,menambah
keindahan rumahku.
“ kiki ! ingat pesan
ayah dan ibu berjuanglah di negeri orang
sebat kita tidak akan tahu kapan dunia akan bersahabat dengan kita dan
kapan dia akan menjadi musuh yang abadi bagi kita,tegakanlah iman dan jangan
tinggalkan salat,karna
itulah satu – satunya
bekal selain daripada ilmu yang kau pelajari “.
“ ia bu.aku akan
berusaha agar apa yang aku cita – citakan nanti bisa tercapai dan aku akan
lebih mempelajari bekal untuk ke akhirat bersama tekat bulatku”. Ibu tunggu
janji mu nak”.
Hening tak ada suara.semua terdiam
mereka semua membisu tak ada kata – kata
lagi untuk bicara semuanya larut dalam perasaan sendiri – sendiri .Suara
itu terdengar lirih terseret angin tapi masih sempat terdengar aleh ku.
“ Ayah tidak bisa
memberikan apa – apa . Hanya do’a yang ayah punyainilah milik ayah (
mengeluarkan beberapa lembar uang lima puluhan) tiga ratus ribu.Ambillah nak
hanya ini yang ayah punya semoga saja
kau bisa menggunakannya degan baik hanya satu pesan ayah pergilah dengan bismillah dan pulanglah dengan
bismillah’.
Aku
mengangguk tanda mengerti tapi hati kecilku memberontak aku tak mampu
berucap,hanya berbisik
dalam hati “ tidak “
aku akan buktikan pada ayah biarlah cacian para tetangga yang mengaung –ngaung
sambil melempari kotoran dan duru – duri yang
mereka tancapkan keseluruh tubuh menusuk kedalam jantung yang rasanya
sangat sakit ,sesak seakan merenggut
nyawa.Dengar..... hatiku berteriak seakan mengalahkan halilintar .
Dengarlah
demi anakmu yang beruntung ini yang kau pelihara serta menggantungkan hidup pada duri – duri
dan dedaunan sawit yang kasar sumber pencarianmu. Ketahuilah aku bangga
memiliki orang tua seperti kalian,suatu
saat nanti anakmu akan menjadi orang besar yang akan mengangkat derajat
mu.Tepat didepan pagar bambu yang mulai
rapuh termakan usia kaki ini melangkah
kuangkat koper pemberian kekasih ku yang sengaja dihadiahkan untukku
melalui kakakku yang bekerja di sambas. Koper yang berisikan beberapa helai
baju lusuh dan dan sudah ketinggalan zaman serta berkas sekolahku.Koper yang
tak begitu berat itu terasa enteng walau diangkat dengan satu tangan kumasukan
kedalam trevel yang didalamnya sudah menunggu
beberapa teman seperjuanganku yang akan berangkat menuju pontianak.Kamilah pejuang kalimantan.
Kami menuju
rumah saudaranya fuji dan kami pun
menginap satu malam disana karna besok kapal kami baru berangkat .Keesokan
harinya kami pun berangkat kepelabuhan dengan menggunakan mobil pecap menuju
pelabuhan.
Malang
kanjuruhan,jawa timur ,pendidikan,tanah jawa, ah nama – nama yang membayangi
benak kami dan inilah pertama kalinya aku dan teman – temanku melangkahkan kaki
ke pulau jawa yang terkenal dengan kota pendidikan itu.Selain jakarta ,jogjakarta,bandung,surabaya malang
juga menjanjikan pendidikan yang luar biasa ,pekerjaan kejahatan,kriminal,semua
yang baik dan yang buruk terdapat disana ,tetapi aku dan temanku tak
menghiraukan itu masa bodoh tujuan utama kami adalah belajar bukan mencari
kesenangan.
Pecap
kami melaju dengan cepat dengan menempuh waktu 30 menit kami pun tiba di
pelabuhan Dwi Kora Pontianak.Bu Ema pendamping sekaligus sebagai guru mata
pelajaran bahasa inggris di SMA ku sudah lama menunggu kami di pelabuhan,kami
berpikir ini hanya sebuah mimpi ternya ini salah kaprah ini adalah
kenyataan.Kami semua turun dari mobil pecap dan berjalan memasuki area
pelabuhan lama kami menunggu kapal yang akan kami tumpanggi kami tak pernah
melihat kapal itu sebelumnya.Sebentar lagi kapal kami akan datang ,kami masih
menunggu ditengah kerumunan orang – orang yang yang begitu ramai dan membuat
langkah mereka sedikit terhambat kami berjalan menuju ke dermaga karena kapal
sudah terlihat dan akan mendarat ke dermaga.kapal Bukit raya itu nama kapal
yang besar terlihat ribuan penumpang dari kejauhan.
‘’
Sinta ! dimana sinta?( menatap fuji yang panik)
sinta
terpisah dari rombongan ditengah
kerumunan orang yang banyak bahkan tak terhitung banyaknya rasanya sulit uanya
sulit untuk mencarinya.setelah beberapa lamanya mencari tak kunjung ketemu kepanikan pun semakin memuncak sinta
pun tak tampak batang hidungnya.
“
kalian tunggu disini biar aku saja yang mencari sinta”.( ujar pak tua yang
setia menemani rombongan kami) .
“
Ia pak tolong ya saya takut nanti dia malah nyasar kemana – mana.
“
ya tunggulah disini agar kita tidak terpisah entar malah cari – mencari”.Bapak
benar,sebaiknya kita tunggu di depan pintu masuk saja”.
Kepanikan
sedikit menurun walaupun sinta belum di temukan tapi hati mereka bergejolak tak
karuan semuanya tergurat di wajah masing – masing cemas tapi berharap semuanya
akan baik – baik Sambil menunggu mereka
menatap satu - persatu wajah para
penumpang yang lalu - lalang melewati
mereka berlomba – lomba agar bisa menjadi yang terdepan.Dari kejauhan tampak pak Edi kembali kami sangat senag tap diman sinta ? kenapa
dia berjalan sendiri? “sinta belum ketenu”. Kata – katanya luluh dalam bising
dan gaung para penumpang yang lalu – lalang.
“ Ah ! tu sinta”.
kiki menangkap satu
sosok yang dia kenal,walau sekilas terlihat olehnya dia membenarkan letak kopernya
lalu menghampiri sinta .
Sin! Kiki menepuk
punggung sinta itu memang sinta dia pun bingung tmpak dari raut wajahnya yang
sedari tadi celengak – celenguk seperti hendak menemukan sesuatu yang di cari.
“ sin
kamu keman si? jangan jauh dari rombongan kalau kamu hilang lantas kita tidak
akan pergi.(sedikit bergurau walau sebenarnya dia kesal dari tadi )”.
“
Maaf kan aku kii tadi aku ikut kalian dari belakang tapi aku ketinggalan pas
aku mau nyusul aku malah salah orang dan akhirnya aku benar – benar terpisah
dari kalian”.
“
ya sudah ayo kita gabung dan kita harus segera naik nanti gak dapat tempat.
Mereka
pun melanjutkan perjalanan mengarungi lautan manusia memang sangat sulit
jangankan berlayar dengan menggunakan bantuan angin darat berdayung saja sangat
sulit begitu banyak hambatan serta rintanganya.Langkah mereka tertatih seperti
menyeret ribuan ton besi baja yang diikatkan dipergelangan kaki dan tangan
serta menyeretnya dengan sekuat tenaga menyeretnya.Oh tuhan ujarku seperti
merasakan kesuatu zaman peradapan
belanda dimana rakyat disiksa dicambukdipaksa bekerja (romusha) untuk
kepentingan belanda bahkan banyak diantara mereka yang mati dibunuh atau mati
dengan sendirinya karena menahan lapar bahkan ditembak jika mereka membantah maka akan di hadiahi ribuan peluru
yang menghujani membumbung tinggi peluru
– peluru belanda jatuh dari langit and tertancap diantara tulang – tulang
mereka badan yang tinggal daging pembungkus tulang terdampar ditanah dengan
bercak darah yang menempel kesana – sini semua itu membuat nyilu dan merinding
bulu kuduk dan tak mau menatapnya.Mereka pun berkumpul dibawah tangga tepat
dimana para penumpang lainakan turun dari kapal.
”
Ah banyak sekali entah kapan mereka
turun semua .Kepalaku pusing dadaku
sesak ya Tuhan inikah realita kehidupanaku melihatnya hampir saja anak itu
terjatuh”.kiki menutup matanya.
“
ahhh mereka banyak sekli sie! Kapan selesainya kepalaku pusing,.hei pelan donk
jangan dorong – dorong.
Tap
siapa yang akan perduli semua sibuk dengan urusan masing – masing.
“
ayo kita lewat sana saja ,lewat sini tidak ada pegaganya,lihat disana
sudah sedikit renggang”.
Aku tak
bisa menjawab dengan riflek mengikuti langkah fuji yang berjalan menghalau
orang – orang yang ada didepannya.Uluran tangan itu memandu pikiran dan jiwaku
untuk tetap melangkah dari jauh aku melihat bu ema dan sinta sudah naik ke atas kapal melalui tangga
utama.Begitu juga boy dan pak Edy yang setia membwa barang bawaan sinta dan
fuji yang menghambat langkah itu.Ku dan fuji masih terus berjuang melawan dan
bertarung dengan ribuan orang.
“
ji jangn menaiki tangga itu”.fuji diam tak menjawab kata ku.
Aku
terus melangkah menaikan koperku ketangga satu – persatu yang terjepit orang.Angin
semilir dari laut membuat aku merinding tangga kecil yang menopang barang berat
itu sakan akan lepas dari pangkalnya.Tepat disampingnya seorang laki – laki
berambut gondrong dengan wajah beringas menarik koper kiki yang terjepit oleh
tubuh gendut yang ada didepannya entah kekuatan apa yang dimiliki pemuda itu
tubuh besar dihadapanku terdorong kebawah dan tanpa rasa curiga sedikit pun
kiki membiarkan koper itu terbawa oleh orang lain.tampa berpikir lagi kiki
menerobos sela – sela untuk mengejar kopernya yang di bawa pemuda tadi sampai
kedalam kapal tanpa menoleh fuji yang belum naik ke atas.Akhirnya aku dapat
masuk kedalam kapal dan menghirup oksigen yang hanya sisa – sisa perjuangan.
“
Dimana temanmu ? bukanya tadi ada dibelakang mu?”. Laki – laki itu berujar
tampa menoleh dan terus menerawang kedepan .
“
saya...... saya tidak tahu.(terbata dan bingung aku menjawab pertanyaan singkat
itu.)
“
Mas tolong temanku itu tidak tahu apa –apa “.
“
Tenang saja,jangan panik amankan dulu dirimu nanti kalo kamu sudah aman baru
kita cari temanmu”,ayo aku antar ke tempatmu .Kamu kekelas apa?”.
“
Tiket saya kelas Ekonomi Mas”.
Mataku
terpaku pada sebuah tulisan yang berada disampingku,jawaban singkat itu
ternyata sangat mudah dipahami oleh siapa saja hasratku bergerak melintasi
lorong itu namun,langkahku terhenti terhalang oleh seseorang yang menggunakan
baju putih lengkap dengan atributnya teguran seperti menyapa namun berarti
bagiku sehingga menahan langkahku.
“
Maaf Mbak jalan ini sudah padat ,sebaiknya mbak langsung ke B5 saja lewat
lorong yang depan ini lurus saja”
Aku tak perlu
menanggapinya dengan anggukan kepala tanda mengerti aku menarik koperku lalu
menerobos dibarisan orang yang hendak masuk .Dia lagi ,seperti dewa penyelamat
ternyata dia masih menunggu aku tak meresponya saat dia menarik koperku lalu
menarik tanganku aku diam mata ku menerawang sambil menatap lekat ke punggung
laki – laki itu kami terus berjalan hingga melintasi lorong kedua .
“ Akujugasudahmenelpontadi tapi tidak di angkat ,ini juga gangguan gak
ada sinyalnya”.
“ Ya sudahlah
tenangkan dirimu untuk sekarang ini kita
tak mungkin untuk mencarinya”.
Kiki hanya diam tak tak menjawab pertanyaan
pemuda itu. Pikiranku kalut tak bisa
berfikir semuanya buntu entah apa yang menutupnya ,sementara itu pria itu sibuk
menggelar karpet dan mempersilahkan temannya duduk.Aku pun duduk kembali tampa
perintah akupun tak menaruh curiga pada
nya aku duduk disamping laki – laki tua yang tengah asyik rokoknya sambil bercakap – cakap dengan beberapa orang disekitarnya
ternyata itu adalah
keluarga dari pak
tua itu aku
hanya diam dengan
lamunanku. Lalu terdenger
suara pemuda itu
berbincang – bincang dengan
keluarga itu tak lama terjadi keributan perang
suara diantara mereka,berlahan terdengar tak ada suara tapi omelan
seorang perempuan masih
terdengar.
“Oya dari tadi kita
belum kenalan namaku
Sanjaya”.(mengulurkan tangannya sambal tersenyum
ramah)
“ Namaku Kiki “.
“ Oya
kamu mau kemana?”.
“ Saya
mau pergi kemalang”.
“ Mau
mudik ya aslimana?”.
“Tidak
saya kuliah disana,dan saya dari
sekadau Kalimantan barat”.
“ O
....kuliahnya sudah semester berapa?”.
“Saya
baru masuk mas baru akan
daftar kemalang bersama rombongan,kalau mas sendiri mau
kemana?”.
“ Saya
dari ngabang.Saya sekeluarga mau
mudik ke Madura”, o
ya
coba kamu SMS lagi teman mu dan suruh saja
mereka kesini lagi pula tempat ini masih
cukup luas”.
“ Baiklah ,wah henphoneku tak
ada sinyalnya,bagaimana ini’.
“ Gini
aja mana nomer
nya pakai hanphone mas saja.nanti biar mas yang
mencarinya
kamu tunggu disini saja”.
“ terimakasih mas “.( sambil memberikan nomer HP nya.)
Setelah
menerima nomer HPnya
fuji, jaya pun mulai beranjak dari tempat
duduknya sambil berjalan dia terus
menghubungi fuji tapi tak ada jawaban sampai beberapa lama akhirnya barulah nomernya dapat di hubungi.Jaya
pun memasuki
lantai 5 dimana puji berada
dan mereka pun
bersama–sama
menemui kiki.
Setelah bertemu
dengan kiki fuji pun merasa sangat bahagia karna dia bisa
bergabung lagi dengan kiki.Mereka berdua
sangat lega sekarang tapi tidak dengan ja dia hanya mondar – mandir beberapa lama akhirnya dia duduk disam ping
pak tua yang sedang asyik menikmati rokoknya.Setelah merasa posisinya enak jaya
mengeluarkan rokoknya dari kantong celana lalu mengambil satu batang rokok
meletakan dimulut sambil terus meraba kantong celananya mencari korek api.
“ pak boleh saya pinjam koreknya”. Ujarnya setelah tak
menemukan korek api di sakunya.
“ ini nak.Kamu kemana aja sihjangan pergi terus duduk
saja disini dasar kegatelan baru liat cewek cantik sedikit matanya udah kesana kesini”.
Jaya tak menyahut sambil menyalakan rokoknya. Dia hanya tersenyum,
terdiam beberapa saat mengisap rokoknya beberapa kali dan mulai memperbaiki
tempat duduknya.
“ Pak
aku tu ngak gatel, wong aku Cuma bantu mbak ini kok tadinya dia nyasar terpisah
dari rombongannya”.
“
Alesan saja kamu ini jaya”.
Jaya
tak menyahut dia terus saja mengisap rokoknya tampa bicara apapun.
“ Ki
kita ketempat aku saja disini tempatnya dingin banget aku ngak kuat, kalau
ditempat ku tadi luas sekali dan juga nyaman kita
bisa tiduran semau kita “.
Puji
mengawali pembicaraan tampa menghiraukan Jaya dan keluarganya puji merasa tak
enakan dengan keluarga ini. Tampa pikir panjang lagi aku menyanggupi ajakan
Puji yang mengajakku pergi dari tempat itu, aku juga merasa tidak enak pada
keluarga itu. Mungkin aku dipermasalahkan disini ya sudahlah lebih baik aku
pergi saja dari pada menggangu ketentraman keluarga itu.
“
Mas,,,,,! Kami pergi kelantai lima ya, soalnya rombongansudah ada disana, tadi
mereka mengSMS kita”, terima kasih ya mas atas bantuannya “.
“ Lho
koq mau pergi, disini masih muat koq,temannya bawa kesini aja ngak apa-apa gabung
sama rombongan kita’.( Jaya tersenyum menatap aku yang tak karuan ).
“ Aduh
terima kasih mas,tapi kami tidak bisa disini soalnya kami harus tetap bersama
rombongan”.
“
Sebenarnya kami berharap kalian bisa gabung dengan rombongan kami.Tapi ya saya
tak bisa berbuat apa –apa biar saya antar kan ketempat temanmu”.
“ Aduh
terima kasih mas anda terlalu baik,biar kami saja gak apa –apa kok’’.
“Ah gak
apa –apa mari “.
Sambil
menarik koper fuji mereka pun beranjak dari tempat itu menuju lantai 5 dimana Bu
Ema dan yang lainnya berada.
***
Sesampai ditempat rombongan aku dan fuji langsung
mencari tempat yang sekiranya enak untuk merebahkan badan sambil baringan fuji
mulai bercanda dengan sinta dan teman yang lain.
“ boy
kamu tahu gak kalau aku tetap disana nanti aku makan apa? Soalnya kardus
makanan kalian bawa semua”.
Sinta tampak
asyik dengan boneka kesayangannya dia
sibuk sendiri.Entah apa yang membuatnya
tiba – tiba berdiri. ternyata dia lapar dan mencari kardus
yang berisi makanan.
“ Eh
boy kardus makanan kemana?”.
“ Ada
di tangga depan”.
“ Ambil
aku lapar dari tadi aku gak ada makan perut ku rasanya berontak.Kalian gak
lapar?”.
“ Ya laparlah. Ayo
kita ambil ke luar”.
Mereka berdua
berjalan keluar sambil bercanda itulah sinta tidak bisa dipertemukan dengan boy
pasti saja ribut keduanya tak cocok.
“
kardusnya yang mana? Yang ini atau yang ini?”.
“ Yang
ini sayang”, ini bukan karduskita .(sambil mengangkat kardus yang berisi
makanan boy tetap menggoda sinta.)
Sepanjang jalan
menuju kamar mereka boy selalu menggoda sinta dengan rayuan gombalnya yang
membuat sinta tertawa terpingkal – pingkal.lesung pipit itu terlihat sangat indah walaupun wajahnya
sangat indah walaupun wajahnya puucat tapii tak mengurangi kecantikan sinta
yang alami perawan desa itu tak mengurangi kecantikan sinta yang alami perawan
desa itu.Sinta memang terkenal cantik di sekolahnya tiak heran kalau banyak
laki – Laki yang antri merebut cintanya.
“ Boy
udah donk jangan bercanda lagi aku gak kuat ni perut ku sakit lapar tahu “.
“ Ia
deh ... abis kamu lucu kalo lagi ngambek heheheh”.
“
Iiiiiiii...........hhhhhh gombal lagi.Udah ah”.
Sinta mempercepat
langkahnya menninggalkan boy yang terus merayunya.Walau pun mereka lapar dan
lelah itu tak terasa dengan canda dan tawa ,sesampai di kamar mereka langsung
membuka kardus yang berisi makanan.
“
Makan...... ayo makan aku udah lapar ni”. Sambil menyuap nasi boy terus menggoda teman – temannya.
Begitu juga dengan
yang lainnya tk lain dengan bu Ema yang sangat ceria saat itu walau belakangan
dia baru saja kehilangan kakeknya yang merawatnya sejak kecil
tapi yang sudah mati biarlah pergi kita yang masih hidup harus berjuang
menempuh perjuangan untuk menjadi Yang lebih baik.Setelah beberapa hari didalam
kapal akhirnya mereka sampai juga di pelabuhan surabaya setelah turun dari
kapal kami terus melanjutkan perjalanan menuju malang dengan menggunakan travel
menuju malang .Akhirnya pukul 1 malam kami tiba dimalang aku dan rombongan tiba
disebuah rumah kos kami istirahat untuk menempuh hari esok.
End
0 comments:
Posting Komentar